-->

Suami Ngojek Online, dirumah Istri Malah “Diojekin” Pria Lain


SUNGGUH tragis nasib Samirun, 35, warga Pondok Kelapa (Jaktim) ini. Dia kerja siang malam menjadi pengojek online (Ojol), di tempat tinggal istrinya malah “diojekin” lelaki lain. Saking sedihnya, Samirun nangis tersedu-sedu. Bagaimana tak sedih, dia kerja banting tulang, istri malah “banting-bantingan” sendiri.

Ledakan pengangguran di Indonesia sebetulnya luar biasa. Yang pengangguran terbuka saja jumlahnya meraih 7 juta jiwa, bagaimana bersama pengangguran tertutup. Yang mengerti dikarenakan susahnya cari pekerjaan, kini banyak sarjana yang banting harga menjadi pengojek, baik ojek pangkalan (Opang) maupun Ojol. “Biar sarjana, sehari tak makan termasuk lapar Mas.” Kata pengojek.

Samirun warga Pondok Kelapa, rupanya termasuk warga Ibukota yang apes. Merantau bertahun-tahun tak termasuk mempunyai penghasilan yang pasti. Padahal tersedia anak itri yang kudu diempani. Maunya sih menjadi politisi, bagian DPRD atau DPR. Tapi apa modal untuk cari masa? Atau nyawapres saja? Apa kembali ini, nanti saja kalau sudah tua!

Peluang hanya satu hanyalah menjadi pengojek. Dulu Samirun menjadi Opang, tetapi setelah banyak saingan Ojol, kelanjutannya dia kebawa arus ikutan pula menjadi pengojol. Ahar duit yang dibawa ke tempat tinggal memadai banyak, Samirun malam hari narik juga. Pokoknya kerja banting tulang.

Karena tenaga diforsir, Samirun sangat letoy sebagai suami. Nurul, 30, istrinya sampai jarang tersentuh. Maklum, orang yang kecapekan dan ngantuk, gairah bakal wanita menjadi sering kurang mengerucut. Bila Nurul colak-colek sedang malam, jawab Samirun songong, ”Apa sih, colak-colek terus, macam kondektur PPD saja.”

Nurul yang tetap muda dan enerjik, lama-lama lelah termasuk menunggu kebangkitan gairah suami. Sebagai solusinya, dia terpaksa terima bisikan setan yang bersifat cowok ganteng tetangga kampung. Tak tersedia rotan akarpun berguna, begitu kata Nurul.

Akar luar itu namanya Pendi, 32. Orangnya sebetulnya memadai ganteng, royal pula. Dia senang memberi duit terhadap Nurul. Nah, Nurul yang sudah kadung berhutang budi, kelanjutannya membayar pula bersama bodi. Di kala suami sedang ngojol, anak balitanya dititipkan ke tetangga, dan dia “momong” Pendi dalam kamar, bayi yang lahir 3 dekade lalu.

Lama-lama tersedia yang mencium praktik mesum Nurul-Pendi ini, agar lebih dari satu hari lantas Samirun menyanggongnya. Terntata benar, dia memergoki bagaimana istrinya sedang sharing cinta bersama lelaki yang bukan domainnya. Langsung Samirun nangis sesenggukan. “Oalah Nurul, saya kerja banting tulang, kok kamu malah banting-bantingan bersama lelaki lain.” Kata Samirun.

Tentu saja yang di kamar segera menghentikan aktivitasnya. Pendi kabur melalui jendela, tetapi keburu ditangkap warga. Kini Pendi dan Nurul menjadi urusan polisi. Dan Samirun pun sampailah terhadap opsi, bercerai saja ketimbang mempunyai istri berkhianat.

Kok bercerai, rela bentuk koalisi ketiga apa? 

LihatTutupKomentar